Tuesday 22 March 2016

Ia Bertanya Perihal Menggenap

Kemarin sore, saat tengah memikirkan pengalaman paling berkesan apa yang akan kutuliskan sebagai tema minggu ini, tiba-tiba hpku berbunyi. Ternyata itu adalah sebuah pesan via bbm dari salah seorang teman seperjuanganku waktu MA (setingkat SMA). Refleks aku membacanya sambil menyunggingkan senyum. Yaa, tanpa sadar ternyata aku senyum-senyum sendiri setelah membaca pesan yang tak lain adalah sebuah pertanyaan yang aku pun masih ambigu di wilayah itu. Untuk kedua kalinya ia bertanya tentang ini.

“Apa yang dipertimbangkan jika ingin menikah?” Kurang lebih seperti itu bunyi pertanyaannya. Hmm… Entah kenapa hal seperti ini ia malah bertanya padaku yang notabenenya masih single (ketawa dalam hati). 

Setelah membaca pertanyaan tersebut aku mulai mengetik balasan sekaligus jawabanku. “Menurutku ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan khususnya dari pihak perempuan. Mungkin seperti mengenai memilih calon suami. Kita harus tahu apakah ia betul-betul pantas menjadi imam menurut beberapa kreteria khususnya dari segi keagamaan.  Setelah itu… (beberapa detik jemariku berhenti menari di atas keyboard hp-masih berusaha menggali ingatan tentang sedikit hal yang sempat kuketahui terkait pertanyaannya).  

Tidak lama kemudian aku kembali mengetik jawabanku dengan menulis beberapa kalimat. “Mungkin… (aku masih menggunakan kata “mungkin” sebab aku sendiri tidak sepenuhnya yakin akan jawabanku. Aku hanya mencoba menjawab pertanyaanya semampuku) “selanjutnya kita harus mempertimbangkan baik-baik mengenai keputusan untuk menikah. Tanyakan diri sendiri, apakah kita betul-betul sudah siap melabuhkan bahtera rumah tangga?” Sebaiknya, untuk memantapkan keputusan penting ini kita shalat istikhorah”-and, apalagi yaa? pasang emot pensive “Entahlah... Aku masih single” kataku mengakhiri jawabanku dengan emot smile

Tidak beberapa lama setelah menyentuh opsi “send” hpku kembali berbunyi. Ternyata ia masih melanjutkan pertanyaan seputar pernikahan.

“Lalu apakah  laki-laki yang selalu ikut kajian (keislaman) sudah bisa dikatakan pantas menjadi imam?” Demikian pertanyaanya. Tanpa pikir panjang aku lalu membalas: “hmm... tergantung” send-lalu kembali menambahkan penjelasan.

“Tentang memenuhi kapasitas atau tidak, sebenarnya aku tak tahu pasti mengenai tolak ukurnya. Tapi menurutku, laki-laki yang pantas menjadi imam adalah seseorang yang sudah punya cukup ilmu soal berumah tangga. Maksudku, ia tidak hanya sekedar ingin menikah tapi ia juga sudah punya persiapan dari segi ilmu mengenai rumah tangga. 

Lalu ia juga harus mempunyai visi misi yang jelas tentang masa depan-agar ia bisa menahkodai rumah tangganya untuk menciptakan keluarga yang sakinah mawadda wa rahma sebagaimana tujuan pernikahan dalam islam. Ia juga harus siap lahir batin. Siap untuk memikul tanggungjawab sebagai imam dalam keluarga. Ia harus bisa menjadi suami juga ayah yang baik untuk anak-anaknya kelak. dan sepertinya aku sok tau banget soal pernikahan... hahaha-sambil pasang emot nyengir lebar *(Begitulah, aku berusaha menjawab pertanyaannya.

      
Perihal menggenap ialah prosesi yang sakral, dimana dua insan menyatu dalam ikatan suci pernikahan. Sebuah ikatan yang akan menyempurnakan iman seseorang juga ikatan halal antara laki-laki dan perempuan yang diakui agama juga negara. Menggenap adalah sebuah pilihan yang tepat jika seseorang memang sudah merasa siap, sebab menikah tak lain adalah perintah sekaligus sunnah.


The last, spesial untuk ia yang bertanya perihal menggenap, pesanku: “Sambil menunggu seseorang yang kau harapkan menggenapimu, isilah waktu penantianmu dengan terus memperbaiki dan memantaskan diri sambil terus berdoa semoga Semesta mengabulkan harapan-harapunmu. **Duh... Rasanya kayak sedang memberikan nasehat pra nikah, hahaha


“Dan diantara tanda-tanda (kebesaranNya) ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.  (Surah Ar-Rum:21)

    

#One Day One Post